Lydia Ko berhasil menuntaskan ambisinya: meraih medali emas dalam Olimpiade 2024. Laju pegolf Selandia Baru berusia 27 tahun tersebut memang tidak tertahankan. Memimpin di awal putaran terakhir dengan 9-under—bersama Morgane Metreaux (SUI)–dan unggul 2 pukulan dari 2 pesaing terdekatnya, Ko berusaha main hati-hati.
Meski sempat tersandung di hole pertama dengan bogey, Ko masih bisa menutup 9 hole pertama dengan 2-under. Ia makin kokoh di puncak leaderboard dengan 11-under. Sayang, double bogey di hole 13 kembali mengembalikan skornya ke semula: 9-under. Beruntung, di hole akhir, Ko menyelesaikan 4 putaran dengan birdie, yang sekaligus memastikan medali emas di Olimpiade. Prestasi bergengsi tersebut melengkapi koleksi medali Ko di Olimpiade: 2016 dengan perak, 2021 perunggu, dan 2024 emas.
“Seseorang mengatakan kepada saya pagi ini, ‘Ayo, borong seluruh koleksi pisau steak’. Jadi itulah salah satu cara untuk mengatakannya,” kata Ko. “Saya mendapatkan pengalaman yang paling luar biasa selama tiga kali mengikuti Olimpiade. Bisa mewakili Selandia Baru, mengenakan pakis di topi dan pakaian saya, ini merupakan minggu yang istimewa – dan tiga minggu dalam hidup saya. Untuk memegang emas saat ini, itu gila. Sulit mempercayainya.”
Ko yang meraih gelar pertama LPGA di usia 15 tahun saat berstatus amatir dan kemudian menduduki No. 1 Dunia untuk pertama kalinya pada usia 17 tahun memulai petualangan musim 2024 ini dengan sebuah gelar juara. Ia perlu satu poin untuk menjadikannya anggota LPGA Hall of Fame. Itu pun terwujud di Le Golf National.
“Ini akan menjadi cara yang luar biasa untuk melakukannya,” kata Ko ketika tiba di lapangan pada Senin (5/8).
Jika Ko memenangi Olimpiade melalui jalan yang sudah terprediksi sejak moving day kemarin, pegolf asal Jerman Esther Henseleit justru tampil mengejutkan. Pemain berusia 25 tahun tersebut bermain luar biasa di putaran penentu. Mengawali putaran akhir dengan 2-under, Henseleit langsung menyodok ke Top 5 usai menyelesaikan 9 hole pertama dengan 6-under. Ia bahkan menutup 9 hole kedua dengan tambahan 2-under. Skor 8-under mengamankannya untuk meraih medali.
Lin yang bermain di grup belakang Henseleit sebenarnya bisa memaksakan play-off dengan pegolf Jerman tersebut. Hingga hole 16, Lin sudah mengumpulkan 7-under. Namun, bogey di hole 17 membuatnya harus berada di posisi T3 dengan empat pegolf lainnya. Birdie di hole 18 memastikan Lin untuk meraih medali perunggu, prestasi yang akan dikenangnya seumur hidup dan menyamai seniornya Shansan Feng di Olimpiade 2016.
Olimpiade 2024—khususnya Le Golf National–memang bukan tempat yang ramah bagi Nelly Korda. Pegolf No. 1 Dunia yang juga juara bertahan Olimpiade sempat membuka peluang untuk meraih medali setelah membukukan birdie di hole 14.
Dengan skor total 5-under, pegolf berusia 26 tahun tersebut masih memiliki kesempatan dengan 4 hole tersisa. Lagi-lagi hole 15 menjadi mimpi buruk Korda. Pukulan wedgenya kembali memasukkan bola ke dalam air. Ia harus puas dengan triple bogey. Korda membuat bogey di 17, dan berakhir dengan total 1-under di putaran akhir.
“Saya bermain cukup solid hingga beberapa hole terakhir,” katanya. “Sekali lagi, saya rasa ini adalah kisah minggu saya. Selain itu, saya memainkan beberapa permainan golf yang solid.”