Ibu kota Oman, Muscat, berada di bawah bayang-bayang popularitas Dubai dan Abu Dhabi, dua kota terbesar di Uni Emirat Arab. Meskipun dekat dengan kedua kiblat wisata tersebut, perbedaannya sangat besar. Muscat menawarkan suasana yang lebih tenang dan lebih menawan dengan sejarah dan budayanya yang kental di seluruh kota.
Sering dibandingkan dengan dua kota besar di Timur Tengah, Abu Dhabi dan Dubai, Muscat mungkin tidak dapat menyamainya. Namun, kota ini memiliki daya tarik tersendiri. Sementara kota-kota tetangganya dipenuhi dengan denyut nadi masa depan, ibu kota Oman tersebut merangkul irama masa lalu sambil diam-diam membangun masa kini yang optimistis.
Bangunan-bangunan tinggi umumnya memiliki ketinggian yang sama. Sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh Sultan, bangunan baru tidak boleh lebih dari tujuh lantai, sehingga hanya menyisakan beberapa bangunan tua yang menjulang di atas kota pelabuhan tua ini. Bangunan-bangunan di Muscat tertata rapi dengan gaya tradisional bercat putih, dan diapit oleh pegunungan yang gersang, sehingga tampak seperti telur-telur di sarang burung.
Di bawah pemerintahan Haitham bin Tariq, negara ini telah menjadi negara yang makmur dan damai dengan budaya yang modern. Muscat adalah rumah bagi banyak penduduk setempat yang telah pindah dari desa untuk kehidupan yang lebih baik dan daerah ini memancarkan energi santai yang memastikan pengunjung merasa aman.
Pengalaman yang eksotis, bersejarah, tidak biasa, dan penuh petualangan dikemas dalam paket kecil yang disebut Muscat. Gurun pasir menyatu dengan garis pantai dan pantai berbukit yang menyediakan tempat untuk olahraga air dan menyelam, sementara benteng-benteng tua di setiap beberapa mil menghadap ke lembah-lembah hijau.
Pengunjung akan merasakan sejarah dan budaya di berbagai istana, benteng, dan museum, serta mengagumi arsitektur Arab di Masjid Agung Sultan Qaboos dan Royal Opera House Muscat, tempat utama seni musik dan budaya Oman yang dibuka pada tahun 2011.
Terletak di tepi Teluk Oman yang biru, lautan memainkan peran penting dalam kehidupan kota hingga saat ini. Tidak hanya untuk industri perikanan, airnya yang berkilauan inimemberikan pengunjung tempat yang menarik untuk menyejukkan diri dengan berenang di pantai berpasir.

Sementara itu, di pusat atraksi kota ini terdapat Mutrah Corniche, jalur pejalan kaki populer di Muscat yang membentang sekitar tiga kilometer di sepanjang pelabuhan. Berjalan-jalan di sepanjang Corniche sangat spektakuler saat matahari terbenam. Menikmati embusan angin laut dan menghirup aroma laut yang tajam dan asin sambil melewati bangunan-bangunan abad ke-18 dan benteng Mutrah dari abad ke-17. Tidak jauh dari Corniche, ada tempat lain yang wajib dikunjungi, Muttrah Souk, yang merupakan pusat perbelanjaan. Para penjual lokal menjajakan barang-barang kuno dan tradisional di berbagai lorong yang membentuk pasar tradisional yang semarak.
Gurun pasir yang megah di kota Nizwa dan Wahiba Sands menawarkan petualangan bagi para pengunjung Muscat. Pacu adrenalin Anda dengan menaiki kendaraan 4×4 melintasi bukit pasir atau lebih mudahnya dengan menyewa dan berkendara sendiri, menjelajahi Dataran Tinggi Saiq di Pegunungan Hajar, mengunjungi Jebel Akhdar (gunung hijau) dan pasar ternak mingguan di Nizwa, atau bermalamlah di Wahiba untuk menikmati budaya nomaden Bedouin, sekelompok orang Arab yang secara historis mendiami wilayah gurun.
Jangan lewatkan perjalanan ke Wadi Al Arbeieen, salah satu wadi paling menakjubkan di Oman yang terletak hanya 90 menit di luar Muscat. Oasis gurun yang rimbun ini populer di kalangan warga Oman yang pergi ke sana untuk menikmati nongkrong di laguna dan berpiknik atau barbekyu yang dikelilingi oleh pemandangan alam yang spektakuler dan subur.
(Penulis: Yulius Martinus/ OB Golf)