Prancis dikenal sebagai produsen atlet-atlet olahraga, khususnya sepakbola. Namun, untuk golf, jumlah atlet golf Prancis tidaklah sebanyak olahraga-olahraga yang popular di negara tersebut. Kini, melalui Celine Boutier, Prancis boleh berbangga karena nama negara ini eksis di pentas golf wanita dunia. Saat ini Boutier yang merupakan warga asli Clamart, Prancis, menjadi salah satu pegolf elite dunia. Mengoleksi lebih dari 10 gelar internasional (6 di antaranya—termasuk 1 trofi major–adalah LPGA Tour), wanita berusia 30 tahun tersebut mampu mencatatkan diri sebagai pegolf terbaik Prancis sepanjang masa. Berikut perjalanan dan kiprah pegolf yang memiliki hobi mendengarkan musik, menonton film dan TV, serta belanja tersebut:
Di usia berapa Boutier mulai mengenal golf?
Ia mulai main golf di usia 7 tahun. Ketika itu, ia belum terlalu tergoda untuk menekuni golf lebih dalam. Namun, di usia 15-16 tahun, Boutier serius menekuni olahraga ini.
Mengapa butuh 8 tahun untuk bisa serius di golf?
Saat itu Boutier mengikuti banyak kegiatan dan olahraga. Menurutnya, “Penting untuk tidak hanya fokus pada satu olahraga sejak usia muda.”
Bagaimana grafik permainan golf Boutier?
Meski terbilang terlambat belajar golf, Boutier masih bisa mengejar ketertinggalannya. Kemampuan golfnya ini bisa melampaui rekan-rekan seusianya. Melihat bakat besarnya tersebut, French Golf Federation memberikan dukungan berupa uang ketika Boutier masih amatir karena orangtuanya tidak memiliki banyak biaya untuk kegiatan golfnya. Ia pun dimasukkan dalam youth sport academy di Le Golf National, dan juga mendapat dukungan dari para pelatih federasi sebelum ia mendapatkan sponsor pertamanya.

Boutier berhasil mengukir berbagai prestasi di amatir. Apa saja prestasinya?
Ia mampu mengukir beberapa gelar internasional bergengsi, seperti European Ladies Amateur Championship 2012 dan British Ladies Amateur 2015. Ia menjadi pegolf andalan Duke University pada 2012-2016, dengan menjuarai 4 event. Pada 2014, Boutier berhasil membawa timnya menjuarai NCAA Championship. Atas prestasinya selama 2014, Boutier terpilih sebagai Women’s Golf Coaches Association (WCGA) Player of the Year dan juga memenangi Honda Sports Award untuk golf. Akhir Desember, Boutier menjadi pegolf wanita No. 1 di World Amateur Golf Ranking. Posisi ini dipertahankannya hingga 7 April 2015.
Bagaimana kiprah Boutier dalam 2 musim pertama sebagai profesional?
Boutier melepaskan status amatir dan beralih ke profesional pada 2016. Ia berkesempatan untuk tampil di Symetra Tour (development tour milik LPGA), dan mampu mengoleksi 2 gelar serta 8 kali finis Top 10. Prestasinya itu mengamankan kartu LPGA Tour untuk musim berikutnya.
Meski memiliki talenta golf di atas rata-rata, Boutier tidak suka membanding-bandingkan dirinya dengan rekan-rekan pegolf lainnya. Mengapa?
“Sangat mudah untuk mulai membandingkan diri Anda dengan pemain lain dan mencoba meniru mereka di beberapa area permainan. Pada akhirnya, Anda harus mengenal diri sendiri dan percaya diri dengan apa yang cocok untuk Anda untuk melakukan yang terbaik karena tidak ada orang lain yang seperti Anda,” katanya, seperti dikutip Womensgolfmagazine.com.

Saat menjuarai turnamen major Evian Championship 2023, yang merupakan national event, Boutier mendapat pengakuan yang luar biasa dari rekan-rekan pegolf senegaranya.
“Sungguh istimewa untuk berpikir bahwa saya memberikan dampak pada sejarah negara saya dengan cara apa pun. Saya sangat bangga mengibarkan bendera Prancis, saya mencoba fokus untuk menjadi pegolf terbaik yang saya bisa dan mudah-mudahan, sisanya akan jatuh pada tempatnya.”
Kemenangannya di Evian Championship menorehkan sejarah dalam karier Boutier.
Menjuarai turnamen major yang juga sebuah national event di negara sendiri mengukuhkan status Boutier sebagai pegolf Prancis terbaik sepanjang masa. Pegolf yang waktu itu berusia 29 tahun tersebut telah mencetak sejarah di awal tahun tersebut (2023) sebagai pegolf wanita Prancis dengan kemenangan terbanyak dalam sejarah LPGA dengan 4 gelar juara dalam satu musim (2023). Dengan menang di Prancis (Evian Championship), Boutier menjadi pegolf pertama Prancis pertama yang memenangi turnamen major tersebut di negara asalnya, sejak dimulai pada 1994 dan naik statusnya menjadi turnamen major pada 2013.
Apa ekspektasi Boutier dengan berbagai prestasi yang diukirnya itu?
Ia berharap kesuksesannya di olahraga (golf) ini akan menginspirasi para wanita dan junior putri di tanah airnya untuk berkiprah dalam golf. “Saya tentu saja berharap bisa mendorong generasi muda di kampung halaman saya untuk menekuni golf. Tumbuh besar dengan bermain olahraga – sangat menginspirasi untuk memiliki anutan yang bisa mereka lihat. Semoga saya dapat menginspirasi para gadis untuk keluar dan mengejar impian mereka,” katanya.
Dengan tinggi 1,65 meter, Boutier dinilai tidak ideal sebagai seorang (atlet) pegolf modern, yang menuntut power untuk menghasilkan pukulan drive sebagai faktor utama. Namun, Boutier bisa menutupi kelemahannya itu. Apa yang dilakukannya itu?
Meski dianggap bertubuh kecil, Boutier–menurut analisis mantan pegolf Prancis Christian Cévaër, juara European Tour 2004 dan 2009–berhasil menemukan cara agar pukulan drive-nya bisa lebih jauh karena dia memiliki kecepatan ayunan yang diperlukan dan otot yang berdaya ledak otot hebat. “Konsistensi swingnya luar biasa. Ia juga memiliki permainan short iron yang bagus (30 meter dari green), pukulan putt yang sangat baik dan mental baja,” jelas Cévaër.
Penulis: Yulius Martinus/ OB Golf