Setelah mensponsori sebuah turnamen Asian Development Tour (ADT) pada 2016, nama Combiphar kini memang tidak lepas dengan golf. Bahkan, tahun lalu, Combiphar—bersama Nomura—menggulirkan sebuah event ADT dengan format Pro-Am yang pertama kali diadakan dalam kompetisi ADT ini. Direktur Utama Combiphar Michael Wanandi menjelaskan secara detail keterlibatan Combiphar di ADT dan kompetisi pro-am ini.
Apa motivasi dasar Combiphar sehingga bisa ikut serta di ADT sejak 2016 ini?
Ya, yang pertama tahun 2016 itu kita kan melihat, berawal dari kita punya misi-visi ya. Misi-visi dari Combiphar: yang pertama itu kan kita ingin mengedukasi masyarakat untuk championing healthy tomorrow (memelopori hari esok yang lebih sehat). Nah manifestasi dari hidup sehat itu macam-macam. Nah kita melihat bahwa olahraga adalah salah satu manifestasi yang paling mudah-lah ya, yang tidak memakan biaya banyak. Jadi kita banyak melakukan kegiatan-kegiatan atau sponsorship olahraga. Jadi ada sponsorshipnya, ada kegiatan olahraganya juga. Selain Combi Run dan tenis, golf ini merupakan salah satu passion yang dari dulu saya sudah geluti sebenarnya. Nah sejak 2016 kita melihat bahwa di Indonesia ini jarang sekali atau belum banyak pemain di Indonesia yang bisa berkompetisi di luar negeri karena mungkin kebatasan sponsor. Jadi kita melihat apakah Combiphar memfasilitasi salah satu turnamen Asian Development Tour (ADT), bukan memang sekelas Asian Tour di dulu ya, karena kan pemain Asian Tour kan ada kualifikasinya. Jadi, melalui ADT, kita justru bisa merangkul lebih banyak pemain di Indonesia dan mengajak pemain-pemain internasional untuk main di Indonesia. Nah ini waktu kita mencoba pertama kali, lumayan menarik ya. Terus dari tahun ke tahun kita melihat bagaimana kita bisa memperbaikinya.
Sejak tahun lalu, Combiphar menerapkan format pro-am dalam event ADT di Indonesia. Apa yang mendasari Combiphar melakukan itu?
Kita melihat animo dari teman-teman juga cukup baik. Kita mengadakan event ADT ini hampir sama seperti Asian Tour. Nah, dari tahun ke tahun, kita terus perbaiki. Jadi, lama-lama semakin dikenal. Sejak dari (era) Covid juga kita melihat bahwa golf ternyata booming. Nah, waktu diajak ke New Zealand, saya lihat format (pro-am) New Zealand Open ini cukup menarik. Biasanya pro-am itu kan mainnya scramble-lah ya. Tapi kita melihat bahwa boleh juga nih konsep ini, di mana pemain amatir ini diberikan sedikit pengalaman atau experience bermain dengan pro secara kompetitif. Nah ini ide yang kita kembangkan dengan Pak Agung yang juga pemilik Gunung Geulis. Kita mau coba di Indonesia. Jadi, ini menjadi pro-am yang terbesar di Indonesia karena di Gunung Geulis ada 36 hole dan di New Zealand juga dimainkan di dua lapangan. Jadi kita bilang ah kita coba deh. Setelah golf juga booming, animo (peserta) tahun lalu cukup sukses. Saya rasa (penyelenggaraan) tahun ini akan lebih baik ya.

Selain kompetisi pro-am ADT, Combiphar pun mengadakan Celebrity Pro-Am. Bisa diceritakan bagaimana bisa terpikir untuk menggulirkan ide itu?
Ada pengalaman saya di tenis, waktu itu ikut ke THE JUARA (sebuah kompetisi yang membungkus pertandingan olahraga menjadi sportaiment) bersama Raffi Ahmad (seorang aktor, presenter, pengusaha, dan influencer ternama). Kita ingin lihat juga apakah dengan membawa celebrity (ke golf) ini juga bisa meningkatkan lebih banyak lagi animo pemain-pemain di Indonesia. Ini suatu momentum yang kita ingin coba juga nih, bisa enggak golf ini juga sepopuler seperti tenis yang tiba-tiba bisa booming lagi. Golf memang sudah booming tapi kita pengen bisa kembangkan lagi apakah bisa lagi meningkatkan minat pada anak-anak atau masyarakat untuk bisa ikut main golf ya. Jadi, Celebrity Pro-Am ini lebih banyak ke awareness, untuk meningkatkan awareness golf itu di kalangan masyarakat.
Anda sudah bermain 4 kali di New Zealand Open. Sebagai pemain amatir, apa pengalaman yang Anda dapat di turnamen pro-am tersebut?
Pertama kita tentu bisa belajar dari para profesional bagaimana mereka bermain ya, berkompetisi ya. Jadi keseriusan mereka, persiapannya mereka, bagaimana mereka bagaimana menempatkan bola di setiap hole bola. Bagaimana mereka nge-putt, membaca putting, dan bagaimana mereka memukul. Banyak hal yang bisa dipelajari. Kedua, main di kompetisi dengan main di turnamen biasa-biasa saja itu ada level yang berbeda. Jadi, saya rasa itu pengalaman yang menariknya di situ. Jadi mereka (pemain-pemain amatir) benar-benar merasakan kompetisi profesional itu seperti apa.
Penulis: YM/ OB Golf