Universitas Diponegoro dan para alumnus perguruan tinggi tersebut, yang tergabung dalam Ikatan Alumni dan juga komunitas golf bernama DGC, bekerja sama dalam upaya pengembangan golf di lingkungan kampus. Pembentukan unit kegiatan mahasiswa untuk golf dan Yayasan Bina Golf menjadi bukti keseriusan dalam kerja sama tersebut.
Sabtu itu, 18 Desember lalu, menjadi momen yang tidak terlupakan bagi Diponegoro Community Golf (DGC). Melalui sebuah kegiatan yang bertajuk “Charity with Golf” di Pondok Indah Golf Course, DGC yang menggandeng Ikatan Alumni Universitas Diponegoro (Undip) berkesempatan memberikan sejumlah dana kepada Yayasan Bina Golf Diponegoro.
Dana tersebut nantinya akan dimanfaatkan Yayasan Bina Golf ini untuk menggerakkan unit kegiatan mahasiswa untuk golf di Undip. UKM golf yang berdiri pada 2020—tepatnya di masa pandemi—itu ternyata telah merangkul 68 mahasiswa untuk menyalurkan bakat golfnya di UKM ini. Pembentukan UKM golf ini sendiri tidak terlepas dari internal assessment yang mendorong program mahasiswa yang memiliki international reputation.
“Kegiatan yang secara international itu recognizable, di antaranya golf, sehingga kita kemudian mendorong supaya di Undip itu ada UKM golf,” jelas Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Undip, Prof. Budi Setiyono, S.Sos., M.Pol. Admin., Ph.D., yang merupakan salah tokoh yang membidani kelahiran UKM Golf ini.
Sebagai pendidik yang juga pegolf, Budi memahami benefit golf yang lebih besar dari sekadar mengayunkan stik di lapangan. Golf memberikan path yang jelas bagi mereka (para mahasiswa) ketika masuk ke dunia kerja.
“Kita bisa menciptakan atau membentuk mahasiswa yang memiliki kompetensi/karakter yang terintegrasikan dengan nilai-nilai yang ada di golf ini. Sehingga, ketika mereka melamar pekerjaan, hobi golf itu–dalam beberapa kriteria assessment di tingkat internasional–memiliki nilai tambah tersendiri bagi market place. Orang yang sudah terbiasa golf itu paling tidak memiliki networking, memiliki kapasitas untuk berhubungan dengan orang-orang yang berkelas tertentu dan seterusnya. Ketika mereka direkrut sebagai karyawan/partner/supplier di dunia kerja mereka sudah terbiasa, berbicara dengan para pengusaha yang bermain golf. dalam konteks employability, itu meningkatkan prospek dari para lulusan Undip,” jelas Budi.
Di samping itu, Undip—menurut Budi—ingin menjadi salah satu universitas yang menjadi pelopor dalam mempromosikan olahraga golf. Olahraga tersebut memiliki tren tersendiri pada saat akhir-akhir ini karena banyak generasi milenial yang tertarik.
“Tentu saja, impact-nya adalah ketika kita merekrut mahasiswa-mahasiswa baru, banyak dari mereka yang sejak awal sudah meminati golf sehingga mereka mendatangi kami untuk menanyakan adakah kegiatan golf karena ingin melanjutkan apa yang sudah mereka lakukan sejak awal,” ujar Budi. “Kami pun berpikir, mereka harus kita fasilitasi dan arahkan agar mereka berprestasi dengan UKM golf itu sehingga pada tahun lalu, 2020 bersama teman-teman DGC mendirikan UKM golf.”
Keinginan mulia dari Undip ini ternyata mendapat respons positif para alumni. Support mereka ini diwujudkan dalam penyediaan alat, peluang untuk bermain, dan sebagainya bagi para mahasiswa UKM. Dukungan material bagi UKM golf ini rupanya mendongkrak prestasi para mahasiswa ketika terlibat dalam turnamen antar-universitas yang dikenal dengan “Intercollegiate Golf Series I”. Dalam event yang diprakarsai Ciputra Golfpreneur Foundation dan Perhimpunan Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia, empat mahasiswa Undip berhasil menyabet trofi di beberapa flight.
Potensi bagus dari para mahasiswa ini makin mendorong Undip dan juga DGC untuk lebih serius. DGC yang memang memayungi para pegolf alumnus universitas negeri yang berpusat di Semarang itu tentunya berharap UKM golf ini bisa memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan golf nasional. Keseriusan dari para stakeholder ini diwujudkan dalam pembentukan Yayasa Bina Golf Diponegoro, yang diproyeksikan untuk mengelola UKM Golf Undip ini secara profesional.
“Kami, Undip dan DGC, menginisiasi (pembentukan yayasan ini) untuk bagaimana cara membantu mahasiswa yang tadi sudah berprestasi. Kalau mau prestasi berarti mereka harus sering berlatih, sering bertanding, dilatih menghadapi pertandingan prestasi. Pandangan saya, tiap bulan mereka harus main, apakah dalam event nasional internasional regional sehingga dia bisa menghadapi tantangan sehingga bisa berkembang menjadi lebih baik,” jelas Ketua DGC Lukman Hidayat.
“Yang pasti, Yayasan Bina Golf Diponegoro dibentuk untuk mendukung adik-adik kita karena mungkin mereka akan ikut turnamen rutin tiap bulan, harus ada pembinaan, pelatihan, dan segala macam peralatan yang dibutuhkan, nanti juga akan disupport oleh yayasan ini,” tambah Lukman.
DGC nantinya akan membantu Yayasan dalam menggalang dana untuk pembinaan dan pengembangan golf di kampus. Penggalangan dana telah dilakukan dalam pelaksanaan turnamen “Charity with Golf” yang digagas DGC. Sebanyak Rp100 juta berhasil dikumpulkan dan diserahkan secara resmi pada Yayasan Bina Golf Diponegoro.
“Bantuan Rp100 juta ini diharapkan bisa membantu (para mahasiswa di UKM golf ini) dalam meningkatkan kualitas dan memotivasi mereka sebagai student athlete dari Undip agar terus berprestasi,” kata Ketua Umum Ikatan Alumni Undip Drs. H. Akhmad Muqowam dalam kegiatan “Charity with Golf” ini.
Untuk memudahkan kegiatan UKM golf Undip ini, ada rencana untuk membangun driving range sendiri sebagai fasilitas latihan UKM tersebut. Kehadiran driving range ini pun bisa lebih mengenalkan golf kepada para mahasiswa, yang tentunya bisa meningkatkan jumlah peminat golf di kalangan perguruan tinggi, khususnya Undip.