The Indonesia Pro-Am presented by Combiphar & Nomura 2023 menjadi catatan terindah bagi Kevin Caesario Akbar. Pegolf yang menyandang status profesional pada 2019 tersebut meraih trofi profesional pertamanya yang terukir dalam turnamen berlevel Asian Development Tour. Keberhasilan pria berusia 26 tahun itu di Gunung Geulis Country Club justru menjadi awal kebangkitannya hingga menjadi salah satu pegolf yang berprestasi di 2023. Sebulan kemudian, setelah kemenangannya itu, Kevin bahkan menyabet trofi juara di salah satu turnamen dalam sirkuit golf profesional nasional. Ia pun mampu mengakhiri petualangannya pada 2023 dengan bertengger di posisi 11 Order of Merit ADT, dan runner up di Order of Merit PGATI. Lompatan jauh dari seorang Kevin.
Bagaimana Anda melihat kemenangan di The Indonesia Pro-Am?
Yang pasti sih, surprise-lah sama performance waktu itu dan akhirnya bisa menang. Karena memang terasa sih seminggu sebelum The Indonesia Pro-Am presented by Combiphar& Nomura itu mukulnya lagi bagus. Mainnya lagi bagus. Walaupun saat mau main di Indonesia Pro-Am itu mindset-nya, ya holiday mindset, seperti sebelum-sebelumnya, game-nya memang lagi bagus. Jadi ada sedikit target-lah. Targetnya sebenarnya Top 5 atau sedikitnya Top 10-lah. Cuma, setelah 2 hari main, wah ini kayaknya bisa juara nih. Tapi karena mikir itu (juara) akhirnya aku jadi agak tegang sih di 5 hole pertama (4 bogey). Setelah itu sih aku bilang, sudah-lah main aja. Back to mindset-nya sebelum mulai turnamen, holiday mindset. Dan, bagi aku, (kemenangan) itu suatu booster banget sih untuk permainan golf aku karena belum pernah menang. Di sirkuit nasional pun belum pernah menang. Terus tiba-tiba menang ADT. Jadi ya menyadarkan aku bahwa beneran aku bisa dan cocok nih dengan holiday mindset ini. Jadi setelah itu aku stick to the mindset saja.
Apa perubahan yang dirasakan setelah menang di Gunung Geulis itu?
Dari sisi permainan, jadi lebih jauh lebih tenang. Istilahnya, kalau anak SD nih, habis lulus UN (ujian nasional), terus dia ke sekolah lagi tenang kan. Itu feel-nya sama tuh dengan apa yang aku rasain setelah menang. Terus main turnamen ADT lagi. Setelah Indonesia Pro-Am, main di Ciputra Golfpreneur. Missed cut karena kondisi badan lagi kurang sehat waktu itu. Karena missed cut, aku ada beberapa hari off. Lalu, aku langsung ke ADT di Vietnam. Lumayan bagus rankingnya (T42). Mainnya lebih tenang. Dari sisi permainan juga lebih bagus. Memang beberapa minggu sebelum The Indonesia Pro-Am itu ada klik satu hal yang menurut aku penting dalam teknik golf aku. Jadi, di the rest of the tournament, aku cuma berusaha buat nge-keep itu saja tuh. Yang penting, jangan lupa antara teknik point by point-nya dan kalau yang holiday mindset sudah nggak berubah-ubah.

Ketika masuk musim 2024, apa target Anda?
Dari sisi target yang pasti aku mau menempatkan mindset aku dan teknik aku dalam segi permainan. Itu on the right place dulu nih sebelum turnamen. Jangan sampai mindset-nya bagus tapi tekniknya enggak bagus Atau mungkin sebaliknya. Nah, kalau yang masalah mindset kan kita sudah tahu apa yang cocok untuk aku. Jadi aku akan berusaha untuk nge-keep itu setiap turnamennya. Dan yang teknik ini memang dalam masih proses pembentukan-lah ya kayak ngebalikin feeling-feeling yang mungkin karena sudah lama banget nggak (ikut dan ada) turnamen kan. Point by point-nya sejauh ini sih sudah 90%-lah persiapan tekniknya. Jadi, tinggal 10% nya membiasakan aja. Jadi ya we’ll see.
Bicara holiday mindset, apa sih maknanya bagi Anda?
Aku kan ngajar. Aku menganggap bahwa ngajar ini adalah pekerjaan aku. Nah, ketika aku (ikut) turnamen, artinya aku keluar dari pekerjaan aku. Yang tadinya mungkin harus ngajar 3 jam berdiri, dan menyelesaikan masalah-masalah (pada murid) yang lain. Setiap murid kan pasti punya masalah, nah aku harus putar otak untuk menyelesaikannya. Cuma pas lagi ikut turnamen, aku main golf tuh rasanya happy banget karena kan keluar dari (rutinitas) yang menurut aku tuh menguras pikiran. Pas lagi dapat turnamen aku merasa lebih enjoy gitu. Itu karena aku keluar dari pekerjaan aku untuk main turnamen. Terus ya dari situlah aku sebut itu holiday mindset.
Target di The Indonesia Pro-Am 2024 ini?
Targetnya sih juara. Cuma kalau kita lihat dari last year kan bagaimana aku juara itu kan dengan holiday mindset dan teknik yang bagus juga karena aku mesti siapkan 2 hal ini dulu.

Tahun ini sudah berapa kali ikut turnamen ADT?
Aku kan baru ikut 1 turnamen ADT, di Malaysia. Made the cut sih. Cuma memang masih perlu ada yang perbaiki lah. Kalau dari segi mindset aku sudah okelah. Cuma tekniknya yang perlu ada sedikit adjustment.
Tahun lalu, Anda ikut Aramco Invitational Tournament yang event termahal ADT. Bagaimana pengalaman main di sana?
Itu seru banget. Aku made the cut (main total 7-under). Experience-nya seru banget sih. Karena, kalau dari sisi lapangan, layoutnya tuh mungkin bisa dibilang mirip-mirip BSD-lah ya. Tapi anginnya kencang banget Itu bisa 40 miles per hour (64 km/jam). Jarak 130 meter, bisa pakai 5 iron. Experience-nya seru sih. Udaranya juga enak dan dingin. Walaupun kondisi lapangannya susah, kalau udaranya dingin, ada pendingin otak. Jadi enggak emosi Nah, dengan kondisi yang angin yang kencang, itu kan belajar menerapkan game plan.
Anda bisa menang di Gunung Geulis Country Club. Apakah itu artinya Gunung Geulis lapangan yang mudah?
Sebenernya sulit banget. Cuma memang enggak tahu somehow aku main di situ tuh enggak pernah yang tengah-tengah. Enggak pernah main 72, 71. Pokoknya aku kalau main di sana, di luar turnamen ya, cuma normal atau reguler doang, antara 8 under-7 under, atau 8 over-7 over Makanya aku ingat banget, setelah main Indonesia Pro-Am (pertengahan Agustus 2023), ada OB Golf Championship (September) aku missed kan di situ, main 8 over. (Waktu itu) Oh enak nih, aku bilang gitu kan, (ketika event OB Golf Championship) main di Gunung Geulis lagi. Feel-nya ya. Soalnya memori terakhir kan bagus. Kayak semua hal tuh mendukung. Eh, tiba-tiba missed cut.
Bermain di Indonesia Pro-Am tahun lalu kan main di East dan West Course. Bagaimana menurut Anda, kedua lapangan tersebut?
Kalau East, menurut aku, lebih playable-lah. Kalau West tuh green hole 2, 3, 4, dan 5 itu mantap. Jadi, East memang (jaraknya) lebih panjang. Cuma kalau di East Gunung Geulis tuh yang penting green-nya playable. Kalau miss green, lewat atau kurang, kanan atau kiri, (bola) itu di-chip masih oke. Kalau di West, hole 2—misalnya–kita lewat. Ya udah turun sampai apron. Around the green-nya West lebih sulit. Approach shot sama kita harus tahu tempat yang bagus di mana.
Ada pengalaman berkesan di Indonesia Pro-Am tahun lalu. Misalnya, hole yang selama ini selalu ditakuti malah kasih keberuntungan?
Ada. Hole 17 par 4 West. Aku kan waktu itu hari pertama mainnya di West tuh. Kalau nggak salah sampai 16 hole tuh aku lagi 5 under. Hole 17 aku tee off ke kanan Tapi memang enggak tahu kenapa di hole 17 itu mataku tuh enggak enak gitu ngeliat layoutnya. Kayak kurang cocok sama tipe pukulan aku lah. Pukulan aku agak nge-fade sedikit. Sedangkan, di hole 17 dari atas tuh kayaknya kalau nge-fade tuh bolanya pas turun ke kanan, kanan terus begitu kan. Di hari pertama itu aku pukul ke kanan. Masuk patok merah. Terus aku cari untungnya (bolanya) ada, ketemu. Aku pukul, punch out. Terus aku approach, nempel. Par. Walaupun di situ masuk patok merah, aku masih bisa par.
Besoknya, selesai main di West, aku main di East kan. Selesai dari East tuh aku kepikiran (untuk final round) ini hole 17 (West) pakai apa ya. Kepikiran terus di perjalanan. Soalnya memang dari practice round itu, sudah nggak enak aja ngeliat di situ. Setelah hari kedua kan aku memang leading 5 (pukulan) gitu kan. Ternyata pada saat hari terakhir aku ada di tee box hole 17 lagi leading 1 (pukulan). Eh sorry 2 pukulan. Jadi aku bilang ya udahlah cari aman aja-lah. Ini kan par 4 juga enggak terlalu jauh kan. Akhirnya aku ambil 3 wood. Ternyata bolanya ke kiri, arah bunker. Untungnya masuk ke bunker, terus bola naik lagi ke atas. Soalnya kan memang bunkernya agak landai kan. Terus, second shot aku nempel dekat ke hole. Putting dari jarak 2 feet atau 3 feet, hampir 1 meter-lah. Birdie. Nah, sebelum birdie itu, aku enggak tahu tuh si Charng-Tai Sudsom (pesaing terdekat Kevin yang berada di depannya) itu birdie 2 hole terakhir (17 dan 18), sehingga posisinya tied 9-under (dengan Kevin). Setelah selesai, aku ngeliat skor (10-under). Aku enggak tahu bahwa kunci kemenanganku di hole 17, yang selama ini aku takuti.

Apa sih manfaat bagi amatir yang Main di The Indonesia Pro-Am presented by Combiphar & Nomura?
Pro-Am ini kan beda dari yang lain karena kalau pro-am di turnamen lain itu konsepnya lebih ke sponsor day. Kita main sama sponsor. Sponsor Day itu juga formatnya kan best ball, berempat kan. Kalau Pro-Am ini kita sebenernya main sendiri. Satu tim terdiri atas satu pro dan satu amatir. Kita main sendiri, nanti di setiap hole nya pilih skor yang paling bagus dan dipotong handicap untuk yang amatir. Jadi, kalau misalkan pro sama amatirnya par-par, tapi yang amatir nya dapat satu stroke di hole itu ya hitungannya tim itu jadi birdie. Nah itu sangat membantu buat improve pemain amatir juga sih. Suatu hal yang menurut aku paling penting, belajar dari bagaimana pro itu main. Kita juga bisa ngeliat strategi (main)-nya seperti apa. Jadi, ya menurut aku, The Indonesia Pro-Am ini membantu banget buat amatir.
Kalau melihat ke belakang, melihat pencapaian karier golf sejak junior hingga saat ini, apakah terpikir Anda sebenarnya bisa lebih baik lagi?
Kalau kepikiran sebenarnya bisa lebih bagus lagi, itu enggak ada sih Aku lebih banyak bersyukur saja sih. Karena nggak ada, nggak pernah sekali pun kepikiran bahwa aku akan menang turnamen (pro) internasional Nggak ada sama sekali di pikiran aku. Jadi lebih ke bersyukur. Namun, seperti Om Jimmy Masrin (Ketua Asian Tour) bilang, “Menang itu bikin nagih.” Jadi, ingin menang lagi. Kita lihat dari sekarang sampai ke belakang, aku bersyukur banget. Nggak kepikiran bisa menang turnamen internasional. Cuma ya itu menang itu (bikin) nagih. Jadi rasanya pengen menang lagi.
Penulis: YM/ OB Golf