CHEF PENGGILA GOLF

Pebisnis, pecandu golf, dan juga piawai mengolah sajian kuliner. Itulah label keahlian yang dimiliki Erham Tanjung. Pria yang sudah menekuni golf selama 27 tahun ini sebenarnya adalah seorang pebisnis di bidang chemical industry. Namun, ia ternyata juga memiliki bakat lain, yaitu sebagai seorang chef. Keahlian masak-memasak ini makin teruji dan terasah ketika Erham berkesempatan tampil di MasterChef Indonesia Season 5 (2019) hingga sampai 24 Besar. Berikut pengalaman golf dan kuliner yang disampaikan Erham kepada OB Golf.

 

Mengapa Anda menyukai golf?

Golf itu salah satu program yang kita rasa ada future. Selalu kita main, meski buruk, besok-besok kita akan bermain lebih better. Saya rasa ini salah satu sport yang bisa kita lakukan hingga senior. Saya sudah main golf 30 tahun. Saya rasa my game is even better. Itu sebabnya saya tidak bisa tidak menyukai golf.

 

Apa sih menariknya olahraga ini?

Ini salah satu olah raga yang bisa bikin kita (untuk) menilai karakter orang lain. Saya rasa ini juga salah satu sport yang bisa dimainkan sendiri. Bagi saya, kalau sedang stres atau ingin sendiri, ini olah raga yang bisa saya nikmati sendiri.

 

Berapa handicap Anda sekarang?

Handicap saya sekarang sih 10. Dari dulu, mungkin 10 tahun terakhir, saya selalu pakai handicap 10. Meski bermain buruk, saya tidak mau adjust handicap saya ke 12-14. Saya tetap pakai 10, supaya saya gampang mingle sama teman saya. Saya rasa saya juga lebih comfortable kalau saya di handicap 10. I always declare handicap 10, walaupun saya jarang menang trofi.

Photography: YM

Bagaimana menjaga handicap Anda agar tidak drop?

Saya rasa ini salah satunya. Saya hampir setiap hari driving. Rumah saya dekat dengan driving range, kantor saya pun ada mini driving range. Jadi saya bisa setiap hari driving. Yang kedua, you need to meet your own note. Soalnya setiap orang punya golf swing itu beda. Seperti saya ada note sendiri. Kalau saya ada chipping atau putting masalah. Refer to my note, saya sudah tahu saya mesti ngapain. Next game atau immediately.

 

Serious golfer, fun golfer, atau adventure golfer?

Saya rasa saya mencakup tiga hal tersebut. Saya pikir saya serious golfer. Soalnya seperti tadi saya bilang saya bisa driving setiap hari. Setiap kali driving rata-rata 1 jam. Jika ada problem, dan saya tidak bisa solve, pergi coaching. Namun, akhir-akhir ini sudah tidak lagi (coaching). Setiap kali practice atau lihat YouTube, ada masalah, saya akan bikin catatan sendiri. Jadi saya consider diri saya adalah pegolf serius.

Saya juga fun golfer. Kalau di lapangan, saya biasanya suka joke, suka bersenang-senang dengan teman-teman. Saya pun adventure golfer. Tanggal 20-an April kemarin, saya main sendiri di Antalya, Turki. Saya mungkin sedikit pegolf di Indonesia yang bisa golf sendiri.  Saya bisa golf di Afrika, St. Andrew, Eropa. Sebelum pandemi, saya main golf di Madrid. Itu saya lakukan sendiri. Karena itu, saya anggap diri saya very adventurous. Mau pergi main golf, book a ticket. Strap your bag, and go there. Just enjoy yourself.

 

Jadi ke mana-mana Anda selalu bawa golf bag?

Yes. Kalau business trip pun, saya bawa golf bag. Jadi, sekarang jarang combine business trip dengan urusan pribadi. Jadi, kalau ke mana-mana murni golf trip.

 

Apakah ada pengalaman golf yang berkesan bagi Anda?

Saya rasa pengalaman yang menurut saya lucu dan juga sangat memorable itu waktu saya di Palm Spring, Amerika Serikat. Seperti biasa saya main sendiri. Tapi itu lagi crowded. Saya digabung dengan flight lain. Ada tiga bule dengan saya. Kita was having a lot of fun. We started drinking beer. Lalu, di par 3, one of the guy was yelling, “Hey I think your ball went in!” Saya sedikit nggak percaya karena jaraknya hampir 200 yard. Another guy said, “No…no, I think it rolled off the green. That’s why you nggak lihat bola di green. When we approached the hole, oh my goodness I got hole in one. Saya sangat exciting karena pengalaman hole in one itu di luar Indonesia.

 

Balik lagi ke awal, bagaimana Anda bisa kenal golf?

Saya kenal golf sudah lama. Waktu itu kan saya tinggal di Singapura. Saya dikenalin teman saya, ayo kita ke Island Club. Main tapi tidak pernah serius karena I’m not a member. Lalu, balik ke Indonesia, saya diajak Papa ke (Padang Golf) Ancol. Dia pun bukan serious golfer. Saya pernah coba when I’m young. Tapi environment-nya tidak membuat saya serius.

Saya benar-benar tekuni olah raga ini waktu saya balik dari AS. Karena Papa saya nggak main golf, terus supplier saya minta ditemani main golf. Akhirnya saya bersedia main golf.

Pertama kali turun lapangan waktu di Anyer (Cilegon) tahun 1995. Ada satu lapangan sangat tua. Itu pertama kalinya main golf di lapangan. Dan saya langsung jatuh cinta dengan permainan ini.

Mari bicara profesi Anda. Apa yang Anda tekuni saat ini?

Saya bekerja di bidang chemical. Sebenarnya by training I’m architect. Lulus dari Oklahoma, terus dapat license dari California. Seharusnya pulang dari AS, saya sudah di bidang ini. Tapi, balik ke Indonesia, saya bantu orangtua di chemical business.

 

Anda merupakan peserta Masterchef Indonesia Season 5. Bagaimana bisa ikut acara ini?

Saya sendiri memang hobi masak. Saya started serious culinary ini karena anak saya yang cowok. Dia tidak suka makan sayur. So, saya lihat dia has a serious diet problem. Kedua, kalau suruh ART (asisten rumah tangga), dia selalu masak mie saja. Nah, karena kondisi itu, saya mulai serius di culinary. Lalu, anak saya di California WA aku, “Hey Dad, MasterChef 5 is going on. Will you participate?” Saya pun berpikir, “Why not? Saya daftar ke RCTI. Diinterview dan diaudisi. This is how I got involved.

 

Bagaimana hasilnya?

Itu salah satu pengalaman yang I enjoy so much. Pengalaman yang luar biasa. Saya mulai dari 7.000 peserta. Yang lolos ke kompetisi hanya 200. Anda bisa lihat seleksinya sangat ketat. Dari 200 ini, hanya 50 peserta yang masuk dalam acara cooking show-nya ini. Saya finished di ranking 24. Saya cukup senang dengan hasilnya. Acara ini benar-benar menguras fisik yang sangat melelahkan.

 

Apa yang Anda dapat dengan ikut Masterchef Indonesia?

Banyak input yang saya dapat. Sesudah ikut MasterChef ini, culinary skill saya improve—yang saya rasa—300 persen. Bisa buat private dining. Saya pun get involve with culinary world. Banyak expose di social media yang tidak pernah saya pikir sebelumnya. Itu– saya rasa–benefit-benefit yang indirect bisa saya dapat setelah ikut MasterChef.

 

Terkait dengan keahlian Anda sebagai chef dan hobi golf Anda, apa yang bisa Anda sinergikan antara dua hal yang Anda tekuni ini?

Saya rasa semua lapangan golf punya restoran. Ini buat saya sinergi yang sempurna. Setelah MasterChef ini, saya ada kesempatan untuk jadi ambassador Imperial Klub Golf. Jadi ambassador ini, saya punya banyak chance untuk expose kulinernya IKG. Ada beberapa menu yang setup untuk IKG. Karena itu, Anda yang datang ke IKG bisa mencoba menu saya itu. Salah satunya adalah Za Jiang Mian. Ini salah satu kuliner yang saya ciptakan, dan yang saya mulai jual di luar.

Share with

More News

Berbagi bersama Anak Yatim di Acara Berkah Ramadan Royale Jakarta Golf Club

Januari 2025, Liga Golf Virtual Dimulai

Hasilkan Rp3,73 triliun, The 151th Open Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Pengukuhan Status No. 1 Dunia

Digital Edition

Screenshot 2024-02-05 at 13.13.38
February - March 2024

Pemain Terbaik Indonesia Musim 2023

Cover
December 2023 - January 2024

Juara Sejati di Jagat Golf Indonesia

cover
October - November 2023

Petualangan Viking di Benua Merah

Cover
August - September 2023

Misi Roma: Mematahkan Dominasi AS