Avonturir Anak Pulosari di Jagat Golf Nasional

Maret lalu, Benita Yuniarto, atau yang lebih ngetop dengan nama Benny Kasiadi, menyabet gelar juara di Padang Golf Halim. Ini menjadi titel kelimanya dalam karier profesionalnya sejak 2010. Putra kedua dari legenda golf Indonesia Kasiadi ini mampu menjaga konsistensinya. Benny merupakan satu dari sedikit pegolf nasional yang masih bisa eksis sejak junior. Eksistensi pegolf kelahiran Pulosari atau Makodam V Brawijaya, Surabaya, 35 tahun lalu, itu tidak terbentuk dalam satu-dua tahun, tetapi melalui sebuah proses panjang dan rencana yang memang sudah disiapkan sejak mulai kenal olahraga ini. Dalam sebuah perbincangan ringan di suatu sore, peraih medali perunggu SEA Games 2009 tersebut menuturkan bagaimana perjalanan golfnya tersebut hingga seperti saat ini. Begini kisahnya….

Photography: YM

Cerita singkat dari awal main golf

Kenal golf di usia 5 tahun. Habis itu, dari umur 5 sampai 10-11 tahun, sama bokap, fokus di driving range. Yang namanya main di lapangan itu nggak pernah. Jadi fokus di teori, swing, dan segala macam. Pertama kali ikut turnamen itu, SD kelas 6, di Surabaya. Antar-teman komunitas dan sebagainya. Nah, sudah mulai ada bakat tuh. Sudah kelihatan tuh di situ. Jadi pernah juara 2 awalnya. Main lagi di event besar di usia, SMP kelas 3. Sering ikut turnamen di Jagorawi (Golf), BSD, dan Gunung Geulis. Dulu kan ada tuh semacam sirkuit. Muter begitu. Setelah itu, pernah main juga di ASEAN School. Mewakili Indonesia. Kurang lebih beberapa tahun. Lalu, saya masuk pelatnas di tahun 2007. Sebelum itu ada pelatihan-pelatihan, ke Thailand dan Australia. Balik ke Indonesia, masuk pelatnas.

 

Selain itu?

Saya main juga di PON 2008 Kaltim, mewakili Kalimantan Timur. Alhamdulillah, meraih dua emas (individu dan tim). Saya main mewakili Indonesia di Nomura Cup dan Putra Cup. Terakhir, saya main SEA Games 2009 di Laos. Saya main 7-under di Vientiane (Ibu Kota Laos). Dapat nomor 3, perunggu individual. Pulang SEA Games, saya main di Indonesia Men Amateur di PIK. Playoff dengan Suprapto. Di situ saya menang. 2010 saya putuskan ke professional.

 

Masuk pro 2010. Apakah karena ngerasa sudah cukup karier di amatir?

Kenapa 2010 saya putusin turn pro? Sebenarnya sih, kalau boleh dibilang–kata orangtua–saya terlambat untuk masuk pro. Pada saat itu (2008-2009) kan saya ingin melengkapi historical, juara PON, SEA Games, mewakili Indonesia ke mana dan sebagainya, sampai terakhir SEA Games itu dapat perunggu tuh, Indonesia Men Amateur juga pernah juara. Ingin ngelengkapin itu aja sih, awalnya. Tapi saat itu saya terlambat. Mereka inginnya saya masuk pro pada saat umur 18-20 tahun. Tapi waktu masuk pro itu umur saya 23. Itu yang dibilang terlambat.

 

Ada desakan orangtua, tetapi bisa bertahan 2 tahun lagi di amatir. Bagaimana ceritanya?

Terjadi nego itu 2008. Pulang dari pelatihan-pelatihan, orangtua nyaranin saya, “Udah kamu 2008 masuk pro aja.” Terus, saya bilang, “Nggaklah, Pak.” Saya ingin arsipnya lengkap dulu. Nego itu sebelum PON 2008. Masih ada kesempatan saya main PON juga kan. Ingin nunjukkin prestasi di ajang nasional. Orangtua sebenarnya enggak dukung saya main PON dan SEA Games. Planning orangtua, setelah saya latihan sekian lama, langsung ke profesional. Goal-nya ke situ. Cuma ya itu balik lagi: saya ingin history-nya lengkap.

Orangtua akhirnya mengizinkan (ikut PON) dengan catatan: elo mesti juara. Kalau enggak juara elo masuk profesional. Akhirnya juara kan. Nah di situ nego lagi tuh. Waktu itu, 2009, kan ada SEA Games. Ya sudah 2009 kamu terakhir (amatir). Kesempatan terakhir. Mau juara atau nggak. Setelah SEA Games, kamu declare profesional. Alhamdulillah di SEA Games ada prestasinya. Dapat perunggu waktu itu.

Photography: YM

Lalu, bagaimana perjalanan di profesional saat itu?

2010 turn pro. Sebulan turn pro, saya juara. Modernland (Padang Golf Modern), Tangerang. Main di Ancora Pro Series. Juara di situ. Total 7-under. Main 3 hari. Setelah itu, saya enggak pernah juara, tapi main konsisten (2011-2015). Enggak pernah juara tetapi peringkat 2-3, at least 5 besar. Order Merit di masa itu tidak pernah dari 5 besar. 2010-2013, saya ikut Qualifying School Asian Tour. Missed satu pukulan saja. Saya kemudian dapat slot untuk main di Asian Development Tour selama beberapa tahun. Pada 2015, saya tiga kali juara. Awalnya Matoa, Gading Serpong, dan Jababeka. Kemudian, juara order of merit (No. 1 di Indonesia) 2015. Setelah itu, tetap tampil konsisten. Terakhir juara lagi kemarin (Maret 2022) di Halim.

 

Apa sih kuncinya sehingga bisa tetap stabil dari amatir ke profesional?

Yang terpenting, satu, kita harus punya program. Apa pun kesibukan kita. Kalau saya dulu, sampai sekarang pun, konsisten dengan konsep jadwal latihan. Jadi, meskipun sekarang ada kesibukan lain, setiap hari saya tetap latihan minimal 5 jam. Dengan kesibukan kita yang lain-lain itu, kualitas permainan kita terjaga.

Kedua, pada saat nanti turnamen, kita sudah siap untuk feel turnamennya. Nggak yang, oh belum ada event, kita enggak latihan. Pas dekat-dekat ada event, baru latihan. Itu akan beda (rasanya). Latihannya terkonsep. Itu yang saya lakukan sampai sekarang. Sehari itu latihan fisik, short game, long game juga ada. Selama puasa pun, (latihan) tetap (dilakukan).

 

Ada nama Kasiadi di belakang nama Anda. Jadi beban nggak?

Kalau untuk beban, jujur nggak ada. Bokap itu orangnya serius tapi santai. Jadi nggak membebani saya. Dia orangnya demokrasi. Dia cuma perlu tahu planning/goal kamu itu apa. Dia nggak pernah memaksakan, kamu harus begini-begitu. Sama sekali nggak pernah. Tapi kitanya juga harus punya konsep. Seperti yang saya bilang tadi, tujuannya ke mana, konsepnya seperti apa. Lucunya adalah kalau pakai nama “Kasiadi”, dikiranya saya ini Kasiadi. Jadi kalau ke mana-mana, saya dipanggilnya Pak Kasiadi. Saya sampai bilang, “Maaf saya Benny Kasiadi, anaknya Kasiadi.”

 

Sosok Kasiadi di mata Anda (sebagai pegolf) seperti apa?

All in. Teman iya, teman bercanda iya, guru iya. Semuanya. Saya pernah belajar ke mana pun. Ganti-ganti coach. Tapi memang beda. Kalau orangtua sendiri yang ngajar itu benar-benar dari hati. Dia tahu apa yang kita rasain saat di lapangan. Beda ama coach yang enggak ada hubungan darah sama kita. Dia ngomong teknisnya saja, tapi personal touch-nya nggak akan…. Jadi heart to heart-nya itu nggak ada. Kalau sama bokap dia bisa tahu. Pertama kali leader gitu (2010), inget banget. Main sama senior saya juga. Dia cuma ingatin aja, besok main sesuai plan saja. Enggak usah lihat main sama siapanya. Kamu fokus dengan plan kamu saja. Jadi selalu ditekankan yang kayak gitu. Main sama siapa pun kamu harus fokus dengan game plan kamu. Fokus sama proses kamu. Hasilnya pasti akan ngikutin.

Photography: YM

Karier Anda dari amatir ke profesional sepertinya lancar-lancar saja. Apa yang membuat Anda bisa stabil?

Dilihat dari program dan konsepnya. Kalau sudah melakukan itu, dilihat pula progress-nya. Kalau sudah bisa dilihat progress-nya, nanti kan evaluasi lagi. Itu semua berkaitan dari awalnya. Seperti saya nih, main dari usia 5 sampai 10 tahun. Dilihat nih progress-nya. Signifikan nggak? Abis itu, punya prestasi nggak? Mungkin orangtua saya dulu, Pak Kasiadi, ngeliat-nya dari usia segitu saya ada progress. Diteruskan lagi, diarahkan lagi ke jenjang yang lebih serius. Jadi, tetap ngeliat konsep latihannya, programnya. Kalau sudah dijalankan, kita lihat hasilnya.

 

Kalau hasilnya enggak sesuai harapan?

Kalau konsep sudah dijalankan tetapi hasilnya enggak sesuai, berarti kan ada yang salah. Bisa jadi enggak punya bakat. Bisa jadi bidangnya memang nggak di situ atau ada dunia luar yang mempengaruhi. Contoh, ada olahraga lain yang membuat kita tertarik atau bidang lain yang bikin kita tertarik selain golf. Tapi saat itu saya konsisten sih. Golf saja dari dulu, sedangkan Bapak tuh dulu ngenalin enggak cuma golf aja, kayak sepakbola, bulutangkis, renang, dan bahkan kakak saya yang dulu pembalap, saya pun dikenalin. Tetapi enggak tertarik. Tertariknya tetap di golf.

 

Lebih dari 30 tahun di golf, enggak pernah merasa jenuh tuh?

Karena, basically, saya suka dengan olahraga golf ini. Jadi, enggak ada sedikit pun dari usia 5 tahun sampai 18 tahun itu jenuh. Tapi, kita memang harus ada pengorbanannya. Saat kita sekolah, teman kita di sana jarang. Paling ada 1-2. Waktu main pasti kesita banget buat latihan. Enggak banyak ngerasain maen bareng ama teman sekolah. Habis sekolah, driving. Main golf. Dulu di Surabaya kan ada night golf. Latihan di Ciputra (Golf). Pulang sekolah jam 2. Ganti baju, lalu driving. Jam 4 baru nyampe lapangan lagi. Kita main sembilan hole, dan sembilan hole lagi main malam. Kelar kan. Karena ada golf malam. Jadi ketolongnya dulu di masa saya karena ada night golf. Jadi latihannya bisa sampai malam.

 

Selain touring, Anda kini juga melatih golf. Apa yang membuat Anda pun turun untuk teaching?

Saya mau mulai melatih itu dari 2013. Awalnya 2010 sampai 2012, saya mau fokus main. Cuma, saya mau beralih dari fokus itu setelah diskusi dengan senior-senior di golf. Bagian pembinaan. Mikir-nya, kalau bukan kita siapa lagi untuk pembinaan. Kita profesional, masa punya ilmu nggak mau di-share? Hati saya sih tergerak. Saya kan berawal dari junior kan. Ngerasain kalau anak-anak enggak ada mentor itu kayak sayang aja. Itu dari 2013. Nah, awalnya saya bentuk BK (Benny Kasiadi) Management untuk ngelola saya saja. Cari sponsor dan sebagainya. Tapi seiring jalannya waktu, BK itu berkembang. Jadi ada kayak golf clinic-nya. Ada fitting-nya. Ada EO-nya juga.

Photography: YM

Siapa saja yang Anda terima jadi murid?

Awalnya semua kalangan kita terima, mulai dari yang beginner, advance, sampai yang handicap kecil hingga atlet. Mulai 2018, saya pisah. Beginner sampai handicap 15, ada asisten sendiri yang pegang. Khusus yang saya pegang, handicap single hingga atlet. Kayak ada beberapa atlet yang saya pegang sekarang. Saya sendiri yang benar-benar handle.

 

Apa sih syarat jadi murid Anda?

Satu, (kemampuan) teknis…pasti. Yang lebih penting lagi, mindset, building mental, positive thinking, dan attitude yang bagus. Siapa pun yang mau latihan di sini (BK Golf), enggak langsung bisa latihan begitu saja. Jadi, prosedurnya adalah saya ajak ketemu dulu. Ngobrol dulu. Saya ingin tahu karakternya seperti apa. Karakter individualnya seperti apa. Baru nanti menyusul dari segi teknisnya yang diaplikasikan ke individu tersebut itu seperti apa. Dan non-teknisnya itu tadi yang harus dimasukkan apa saja. Seperti itu. Karena menurut saya menjadi golfer yang hebat, create orang jadi champion, itu bukan sekadar main bagus. Di building character-nya itu dia harus punya good attitude dulu. Kalau dari awal punya good attitude, kita mau bentuk anak ini menjadi apa pun itu bisa.

 

Sebagai pelatih, apa saran Anda bagi para junior dan juga orangtua? 

Yang pertama adalah harus punya good attitude. Yang kedua, saya imbau ke orangtua junior-junior yang saya lihat terlalu protect. Bagus dia protect anak, cuma jangan terlalu over. Percayakan pada anak tersebut segala sesuatunya. Coach aja di golf ini nggak bisa handle anak-anak saat di lapangan. Ketika si anak itu terhimpit atau perlu solusi, coach saja enggak bisa ngatasin. Yang bisa adalah dirinya sendiri. Nah bagaimana dia bisa mengatasi itu, kasih kepercayaan kepada anak. Kasih program (latihan) ke mereka, dan belajar untuk melepaskan diri (dari orangtua). Nggak usah terlalu di-protect. Jadi supaya nanti anak itu—kita bicara dari junior ya—bisa mengatasi segala situasinya itu berdasarkan keputusannya sendiri. Jadi, lebih seperti itu sih. Karena nanti ke depannya malah kasihan ke anak tersebut kalau di-protect dengan orangtuanya sendiri. Anak tersebut nggak bisa mandiri nantinya. Nggak bisa mengatasi masalah itu sendiri.

 

PRESTASI

2008 Emas (individu & beregu) PON KALTIM

2009 Perunggu (individu) SEA Games 2008 Vientiane

Juara Indonesia Men Amateur

Juara Indonesia Amateur Golf Indonesia

Low Amateur Indonesia President Invitational

2010 Juara Ancora Pro Series 3

2015 Juara Indonesia Golf Tour Seri I

Juara Indonesia Golf Tour Seri IV

Juara Indonesia Golf Tour Seri V

Juara Order Of Merit PGA Tour Indonesia

2022 Juara H.M. Widarsadipradja Cup

Share with

More News

TOPGOLF Luncurkan Krank untuk Long Hitter

AAC 2024: Start Mulus Randy

Asia-Pacific Amateur Championship 2024: Percaya Diri, Rayhan Bidik Kemenangan

PON XXI 2024: Prestasi Terbaik Sumut dalam Golf

Digital Edition

COVER OKT NOV
Oktober - November 2024

Menantikan Pemenang Turnamen Termahal di Indonesia

Ags - Sep 2024
August - September 2024

Bersiap Untuk Kompetisi Terbesar-Pertama Se-Indonesia

COVER JUN JUL 2024
June - July 2024

Berburu Emas di Padang Le Golf National

Screenshot 2024-04-05 131223
April - May 2024

Kunjungan Ke Dua Destinasi Major