Dibandingkan dengan rekan-rekan seusianya di kompetisi junior, Muhammad Naabil Al Manaaf memang bisa dibilang pendatang baru. Tiga tahun terakhir ini, siswa Kelas 11 ini baru beredar rutin dalam kompetisi golf di tanah Jawa. Sebelumnya, remaja kelahiran 2005 ini lebih banyak bermain golf di Kalimantan Timur, tepatnya Balikpapan. Sejak terjun dalam turnamen golf di Jawa pada 2019, Naabil mulai menunjukkan kemampuannya bersaing. Peningkatan keterampilannya mengayunkan stik ini memang tidak terlepas dari polesan salah satu pegolf legendaris Indonesia, Maan Nasim, yang menjadi pelatihnya pada 2020-Januari 2022. Berikut obrolan singkat OB Golf dengan pengagum Kevin Kisner ini.
Ceritakan dong pertama kali main golf?
Dulu mulai main golf waktu kelas 6 SD. Itu 5 tahun lalu (2017). Ayah dikasih pinjam stik sama bos-nya. Ayah doang yang main. Di Balikpapan mulainya. Awalnya (ayah) latihan sendiri. Karena aku nggak ada kegiatan di rumah, cuma main piano saja, disuruh latihan golf. ya udah, ikuti saja pertamanya sih. Ada dua bulan baru senang main golf.
Selain golf, tidak ada olahraga lain?
Dulu nggak ada olahraga (lain) sih. Ya di sekolah ada main sepakbola saja. Selain itu, nggak ada olahraga (lain). Makanya disuruh main golf sama orangtua.
Bagaimana awal-awal main golf?
Dua bulan pertama bosan. Nggak ada teman. Dikenalin sama junior-junior situ. Lama-lama, karena suka practice bareng dan latihan bareng, jadi senang. Ada teman.
Kapan pertama kali terjun di turnamen kompetitif?
Pertama kali coba di 2018. McDonald’s (Junior Golf Championship) di Senayan.
Hasilnya?
Nggak dapat apa-apa.
Tapi, ada dong yang didapat.
Yang aku dapat sih, aku jadi tahu pemain-pemain luar Balikpapan itu jago-jago banget. Dulu tuh aku nganggap-nya (aku) dah lumayan bagus. Nggak tahunya waktu main (di Senayan), busyet. Main bawah kali namanya.
Sadar kalau permainan waktu itu masih belum ada apa-apanya?
Dulu kan baru-baru belajar. Jadi nggak perhatiin masalah pukulannya. Cuma perhatiin skornya, bagus-bagus. Maksudnya, jauh banget di bawahku. Rendah-rendah. Mungkin waktu aku tinggal di Balikpapan, aku belum begitu bagus. Waktu ikut turnamen di Senayan memang belum bagus. Belum ngerti-ngerti banget. Field turnamennya pun beda. Di Balikpapan kan nggak ada turnamen jadi nggak kompetitif aja di sana.
Lima tahun main golf, siapa pelatih yang membentuk Anda bisa seperti sekarang ini?
Aku selama main golf cuma punya dua pelatih. Waktu di Balikpapan Om Hardjito, waktu di Jakarta Maan Nasim. (Pak Maan) Cocok banget. Tipe ngajar-nya nggak banyak omong.
Berlatih dengan Maan, apa-apa yang jadi pelajaran buat Anda?
Dia kan banyak experience-nya. Mentalnya juga jago banget. Aku belajar dari Pak Maan sih, dari cerita-cerita dia, soal dia (ikut) turnamen. Dia berasal dari daerah (Sawangan) itu. Terus tiba-tiba dia bisa main di luar negeri. Bisa compete bareng. Aku dengarnya sih, ya jadi termotivasi.
Lalu, siapa pegolf favorit Anda?
Pegolf favorit dari dalam (negeri), ya Pak Maan. Kalau main sama dia, bagus banget. Di usia segitu, dia bisa main bagus. Kalau di luar (negeri), aku sukanya Kevin Kisner.
Mengapa Kevin Kisner?
Kevin Kisner itu. Bagi dia, golf itu kehidupannya, bukan pekerjaan atau hobi. Jadi, dia enjoy banget main golf. kalau melihat dia di YouTube, seru aja orangnya. Ngidolain banget.
Bagaimana bisa kenal Kevin Kisner?
Waktu nonton dia di YouTube, Barstool dan Fore Play. Itulah yang membuat aku suka. Soalnya ngeliat dia main. Enjoy banget. Mukulnya nggak jauh, dan nggak bagus. Tapi skornya keren.
Sejauh ini apa yang Anda lihat dari diri Anda sebagai kekurangan?
Mindset bermain. Soalnya, menurutku, pukulan sudah oke, tetapi mindset-nya yang kurang. Keyakinan kalau aku tuh bisa. Pukulanku secara teknik sudah memadai buat bermain dengan skor yang aku inginkan. Cuma karena mindset-nya ini skor aku belum tembus, rata-ratanya.